Sejarah Desa
Desa Sekijang adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar ini yang menurut beberapa tokoh masyarakat setempat kata Sekijang berasal dari penampakan Kijang bertanduk emas yang konon di jumpai oleh orang atau pemuka masyarakat yang pertama kali datang mencari dataran tanah yang tinggi dari permukaan air untuk di jadikan perkampungan masyarakat.
Adapun pemuka masyarakat itu sebanyak tiga orang yang bergelar Datuk Godang Melayu, Datuk Ajo Melayu keduanya dari suku melayu dan Datuk Tanpilih dari persukuan Paliang yang berasal dari lima kota di sungai suram keturunan kerajaan Pagaruyung, setelah melihat Kijang bertanduk emas tersebut sang datuk-datuk berniat untuk menangkapnya sehingga terjadilah kejar-kejaran dengan Kijang tersebut, akhirnya sang Kijang tersebut terjun ke sungai dan tidak dapat di tangkap oleh para Datuk, maka sungai itu dinamakan sungai sekijang cabang dari sungai Tapung Kanan.
Setelah mengadakan perintisan untuk dijadikan kampung maka datuk-datuk tersebut pergi menjumpai keluarga dan anak kemanakannya yang tinggal di lima koto pada pinggir sungai suram dan mengajak mereka untuk tinggal di kampung baru yang di berinama Sekijang, karena kampung/koto-koto mereka yang ada di pinggir sungai suram tidak layak lagi untuk ditempati di sebabkan sering terjadinya bnjir, dan semakin sempitnya lahan untuk di jadikan ladang pertanian.
Maka berdasarkan hasil musyawarah dan mufakat terjadilah perpindahan penduduk dengan menggunakan sampan/perahu dayung dari sungai suram ke kampung/koto Sekijang sebanyak tiga suku yaitu Suku Melayu, Suku Paliang dan Suku Caniago, berselang beberapa tahun kemudian ada sepasang suami istri yang datang merantau ke Sekijang dan menumpang lah di tempat orang melayu, bulan berganti bulan tahun berganti tahun orang ini mempunyai keturunan yang cukup berkembang, maka di nobatkanlah oleh tokoh masyarakat pada waktu itu untuk membentuk sebuah suku yang dinamakan suku Pitopang, maka sampai sekarang di Desa Sekijang ada Empat Suku adat.
Pada suatu masa terdengarlah oleh Raja Siak Sri Indra Pura bahwa di hulu sungai siak ada perkampungan yang masyarakatnya sangat berkembang, maka di utus lah oleh sang raja penglimanya untuk melihat dan mengadakan perundingan dengan Tokoh masyarakat Sekijang agar bergabung dibawah kerajaannya, maka Sekijang yang dulunya disebut dengan kampung/koto berubah nama menjadi Negeri Sekijang setelah perundingan tersbut di setujui.
Dengan melihat perkembangan Negeri Sekijang Kerajaan Siak Sri Indra Pura menjadikan Negeri Sekijang sebagai pusat pemerintahan yang di sebut dengan Propinsi Tapung Kanan, propinsi ke tujuh dari Kerajaan Siak yang di pimpin oleh seorang Datuk yang bergelar Datuk Bandoro Mudo, berselang beberapa waktu datanglah kolonial Belanda ke daerah Sekijang terjadilah dua kepemimpinan tertinggi di Sekijang yang pertama Datuk Bandoro Muda yang memimpin tentang adat dan kebudayaan masyarakat, yang kedua Onder Distrik Hup Tapung Kanan ( setingkat Camat ) yang memimpin tentang pemerintahan.
Negeri Sekijang pernah mendapat hadiah dari Kerajaan Siak Sri Indra Pura yaitu berupa mimbar Masjid pada tahun 1213 Hijriah sama dengan 1794 Masehi, hasil dari perundingan datuk-datuk dari Negeri Sekijang yang di utus oleh Raja Siak untuk melakukan perundingan dan mempertahankan wilayah kedaulatannya yang diambil oleh Raja Rokan.
Setelah Indonesia Merdeka Negeri Sekijang masuk dalam wilayah Kabupaten Kampar, pemimpin Negeri Sekijang yang pertama ditunjuk adalah M. Khotib yang menjabat pada tahun 1953 s/d 1961 yang di sebut Wali Negeri pada tahun 1961 s/d 1964 Wali Negeri di jabat oleh Boelin, pada tahun 1964 s/d 1965 di jabat oleh Abdullah disebut dengan Wali Muda sama dengan Pjs sekarang, pada tahun 1965 s/d 1970 Wali Negeri di jabat oleh Thaib Dudad.
Zaman berubah Negeri Sekijang berubah dengan Desa Sekijang yang menjabat pertama Kepala Desa Sekijang adalah Zaidin dari tahun 1970 s/d 1971, masyarakat Desa Sekijang mengadakan pemilihan pertama untuk memilih Kepala Desa yang dimenangkan oleh M. Sidik yang menjabat dari tahun 1971 s/d 1990 pada tanggal 12-12-1990 s/d Juli 1998 Kepala Desa Sekijang dijabat oleh Bustami. M disebut dengan Pjs, dari Juli 1998 s/d 2001 Kepala Desa Sekijang di jabat oleh Joni Syafrin disebut dengan Pjs, pada tahun 2001 s/d 2002 Kepala Desa Sekijang dijabat oleh Ismar disebut juga Pjs.
Pada tahun 2002 masyakat Desa Sekijang mengadakan Pemilihan Kepala Desa dengan tiga orang Calan yaitu Tarmizi, M. Yunus, Sahdan. S, dalam pemilihan tersebut dimenangkan oleh Tarmizi dengan masa bakti dari tanggal 30-05-2002 s/d tanggal 18-07-2007, dari tanggal 18 Juli 2007 s/d 23 Juli 2009 Kepala Desa Sekijang di jabat oleh Rafizal disebut dengan Pjs, pada tahun 2009 masyarakat Desa Sekijang melaksanakan pemilihan dengan tiga orang calaon yaitu H. Ahmad Taridi. Shi, Darul dan M. Tohar. L, yang dimenangkan oleh H. Ahmad Taridi. SHI dengan masa bakti 23 Juli 2009 s/d 23 Juli 2015, untuk mengetahui perkembangan Desa Sekijang dari masa ke masa dapat di lihat pada tabel berikut ini :
2.1.1. | Sejarah Desa
Desa Sekijang adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar ini yang menurut beberapa tokoh masyarakat setempat kata Sekijang berasal dari penampakan Kijang bertanduk emas yang konon di jumpai oleh orang atau pemuka masyarakat yang pertama kali datang mencari dataran tanah yang tinggi dari permukaan air untuk di jadikan perkampungan masyarakat. Adapun pemuka masyarakat itu sebanyak tiga orang yang bergelar Datuk Godang Melayu, Datuk Ajo Melayu keduanya dari suku melayu dan Datuk Tanpilih dari persukuan Paliang yang berasal dari lima kota di sungai suram keturunan kerajaan Pagaruyung, setelah melihat Kijang bertanduk emas tersebut sang datuk-datuk berniat untuk menangkapnya sehingga terjadilah kejar-kejaran dengan Kijang tersebut, akhirnya sang Kijang tersebut terjun ke sungai dan tidak dapat di tangkap oleh para Datuk, maka sungai itu dinamakan sungai sekijang cabang dari sungai Tapung Kanan. Setelah mengadakan perintisan untuk dijadikan kampung maka datuk-datuk tersebut pergi menjumpai keluarga dan anak kemanakannya yang tinggal di lima koto pada pinggir sungai suram dan mengajak mereka untuk tinggal di kampung baru yang di berinama Sekijang, karena kampung/koto-koto mereka yang ada di pinggir sungai suram tidak layak lagi untuk ditempati di sebabkan sering terjadinya bnjir, dan semakin sempitnya lahan untuk di jadikan ladang pertanian. Maka berdasarkan hasil musyawarah dan mufakat terjadilah perpindahan penduduk dengan menggunakan sampan/perahu dayung dari sungai suram ke kampung/koto Sekijang sebanyak tiga suku yaitu Suku Melayu, Suku Paliang dan Suku Caniago, berselang beberapa tahun kemudian ada sepasang suami istri yang datang merantau ke Sekijang dan menumpang lah di tempat orang melayu, bulan berganti bulan tahun berganti tahun orang ini mempunyai keturunan yang cukup berkembang, maka di nobatkanlah oleh tokoh masyarakat pada waktu itu untuk membentuk sebuah suku yang dinamakan suku Pitopang, maka sampai sekarang di Desa Sekijang ada Empat Suku adat. Pada suatu masa terdengarlah oleh Raja Siak Sri Indra Pura bahwa di hulu sungai siak ada perkampungan yang masyarakatnya sangat berkembang, maka di utus lah oleh sang raja penglimanya untuk melihat dan mengadakan perundingan dengan Tokoh masyarakat Sekijang agar bergabung dibawah kerajaannya, maka Sekijang yang dulunya disebut dengan kampung/koto berubah nama menjadi Negeri Sekijang setelah perundingan tersbut di setujui. Dengan melihat perkembangan Negeri Sekijang Kerajaan Siak Sri Indra Pura menjadikan Negeri Sekijang sebagai pusat pemerintahan yang di sebut dengan Propinsi Tapung Kanan, propinsi ke tujuh dari Kerajaan Siak yang di pimpin oleh seorang Datuk yang bergelar Datuk Bandoro Mudo, berselang beberapa waktu datanglah kolonial Belanda ke daerah Sekijang terjadilah dua kepemimpinan tertinggi di Sekijang yang pertama Datuk Bandoro Muda yang memimpin tentang adat dan kebudayaan masyarakat, yang kedua Onder Distrik Hup Tapung Kanan ( setingkat Camat ) yang memimpin tentang pemerintahan. Negeri Sekijang pernah mendapat hadiah dari Kerajaan Siak Sri Indra Pura yaitu berupa mimbar Masjid pada tahun 1213 Hijriah sama dengan 1794 Masehi, hasil dari perundingan datuk-datuk dari Negeri Sekijang yang di utus oleh Raja Siak untuk melakukan perundingan dan mempertahankan wilayah kedaulatannya yang diambil oleh Raja Rokan. Setelah Indonesia Merdeka Negeri Sekijang masuk dalam wilayah Kabupaten Kampar, pemimpin Negeri Sekijang yang pertama ditunjuk adalah M. Khotib yang menjabat pada tahun 1953 s/d 1961 yang di sebut Wali Negeri pada tahun 1961 s/d 1964 Wali Negeri di jabat oleh Boelin, pada tahun 1964 s/d 1965 di jabat oleh Abdullah disebut dengan Wali Muda sama dengan Pjs sekarang, pada tahun 1965 s/d 1970 Wali Negeri di jabat oleh Thaib Dudad. Zaman berubah Negeri Sekijang berubah dengan Desa Sekijang yang menjabat pertama Kepala Desa Sekijang adalah Zaidin dari tahun 1970 s/d 1971, masyarakat Desa Sekijang mengadakan pemilihan pertama untuk memilih Kepala Desa yang dimenangkan oleh M. Sidik yang menjabat dari tahun 1971 s/d 1990 pada tanggal 12-12-1990 s/d Juli 1998 Kepala Desa Sekijang dijabat oleh Bustami. M disebut dengan Pjs, dari Juli 1998 s/d 2001 Kepala Desa Sekijang di jabat oleh Joni Syafrin disebut dengan Pjs, pada tahun 2001 s/d 2002 Kepala Desa Sekijang dijabat oleh Ismar disebut juga Pjs. Pada tahun 2002 masyakat Desa Sekijang mengadakan Pemilihan Kepala Desa dengan tiga orang Calan yaitu Tarmizi, M. Yunus, Sahdan. S, dalam pemilihan tersebut dimenangkan oleh Tarmizi dengan masa bakti dari tanggal 30-05-2002 s/d tanggal 18-07-2007, dari tanggal 18 Juli 2007 s/d 23 Juli 2009 Kepala Desa Sekijang di jabat oleh Rafizal disebut dengan Pjs, pada tahun 2009 masyarakat Desa Sekijang melaksanakan pemilihan dengan tiga orang calaon yaitu H. Ahmad Taridi. Shi, Darul dan M. Tohar. L, yang dimenangkan oleh H. Ahmad Taridi. SHI dengan masa bakti 23 Juli 2009 s/d 23 Juli 2015, untuk mengetahui perkembangan Desa Sekijang dari masa ke masa dapat di lihat pada tabel berikut ini :
TABEL 1 SEJARAH PERKEMBANGAN DESA
|